Skip to main content

Aku, KTP dan Pak RW

Liburan telah usai, banyak yang telah terjadi. Dari mulai KTP gue yang baru jadi dan dianterin sama bapak ketua rukun warga yang baik hati dan tidak sombong sampe kuku kaki gue yang 'menganga' di akhir liburan.

Gara2 hal ini, gue kuliah menggunakan sendal jepit hitam. Yang mana mengundang netizen yang maha benar (baca: teman2 gue) nanya kaya gini.

"Kok elu pake sendal sih, Ram?"

"Kaki lu kenapa, cantengan ya?"

"Kok elu ganteng?"

Oke, pertanyaan yang terakhir itu halu. Hampir semua temen gue dengan pertanyaan serupa dan berbagai macam pertanyaan lainnya.

Jadi kalo dikampus *pip* elu ngeliat cowok dengan tampang bego dan menggunakan sendal jepit. Itu gue! Dan please, gausah teriak histeris. Gue kaga ngapa2in lu.

Soalnya gue trauma ada yang teriakin gue pas di daerah sekitar rumah. Gue sedang dibonceng oleh temen gue yang merangkap sebagai babu.

Ditemani semilir angin yang menambah kenikmatan malam yang syahdu, tiba2 pas dijalan ada yang teriak. "Ah... Ramadhan!" teriaknya lantang.

Ini akward banget sih, gue lupa bunyinya kaya gimana. Tapi kaya gitulah kurang lebih. Mungkin kalo elu orang yang neriakin gue, tolong tulis dikolom komentar!

Gue juga bingung mau posting apa? Cuma ada 2 draft di blog gue. Isinya tentang anu dan ani, belom sempet gue selesaikan karena suatu hal. Alasan yang utama adalah karena lebih leluasa aja kalo ngetik dan browsing di laptop atau personal computerGue juga enggak maen caplok aja berita yang ada, kecuali gue males.

Pas gue nulis kegiatan sehari-hari diblog. Gue pake URL shortener buat mancing pembaca dan mereka baca. As known as clickbaitJadi gue mau cerita, pas hari apa ya? Gue lupa. Pokoknya waktu pagi hari, pas abang gue nyuci motor.

Pak RW datang dan menanyakan nama orang ganteng, "Disini ada yang namanya Ramadhan, enggak?"

"Iya, Pak. Ada, itu nama adek Saya. Mah, Ramah..." Balas abang gue dan dilanjutkan memanggil nama gue.

Gue mendatangi Pak RW dan ditanya, "Kamu, Ramadhan ya?" tanyanya sambil memperlambat laju motornya, yaitu motor CB100.

"Iya," jawab gue lirih.

"Aku ramal, KTP kamu belom jadi ya?" Tanyanya lagi.

"Iye, kenapa dah?" Jawab gue mulai kesal.

"Tolong tanda tangan disini!" Tukasnya seraya memberikan gue pulpen, tanpa babibu lagi, gue langsung tanda tangan.

"Ini kartunya, dijaga baik2!" Ucapnya sambil memberikan KTP.


Alhamdulillah. Akhirnya dapet juga nih kartu. Sekilas akan gue ceritakan prosesnya.

Pertama2 gue ke Pak RT minta surat pengantar, terus kata Pak RT minta sama sekretarisnya. Gue menuju rumah sekertarisnya dan ternyata beliau sedang bekerja dan pulang saat malam hari.

Yauda, gue tinggal aja persyaratannya di rumah beliau, jadi pas sekretarisnya udah dateng, ia tinggal mengisi data yang ada di surat pengantar. Nah persyaratan yang elu bawa (fotokopi akta kelahiran dan kartu keluarga) itu sebagai acuan doi buat ngisi surat pengantar tersebut.

Setelah itu dia membubuhkan tanda tangannya di sebelah tempat tanda tangan Pak RT. Dan surat pengantar gue jadi deh. Eh, tapi belom jadi deh.

Jadi gue harus minta tanda tangan beserta stempel dari Pak RT. Oh iya, pas dirumah sekretaris RT ada kotak amal. Gue lupa pas itu masukin berapa. Kalo enggak salah, gue masukin uang seikhlasnya.

Abis itu gue ke rumah Pak RT dan surat pengantar gue ditandatanganin serta dibubuhi stempel. Oke, tahap 1 sudah selesai. Waktunya kita melanjutkan ke tahap kedua.

Tahap kedua adalah meminta tanda tangan Pak RW dan stempelnya. Gue lupa gimana ceritanya bisa dapet.

Terus yang ketiga, kita pergi ke kelurahan. Ntar dikasih formulir apa gitu. Gatau, gue lupa. Isi sendiri atau diisiin sama mbak2nya. Gue lupa. Abis itu ke kecamatan buat perekaman E-KTP.

Kayaknya gue sempet nunggu lama. Karena orang yang moto hilang entah kemana. Ditelan bumi, kali. Dan akhirnya orang tersebut ketemu dan gue difoto deh. Gak lama setelah itu, nama gue dipanggil. Kemudian gue difoto, retina mata dan sidik jari gue dipindai, dan gue tanda tangan lewat alat khusus.

Dan gue dapet kartu tanda penduduk, tapi berukuran A4 or usually called as resi KTP, tapi kalo gue baca itu sebenernya surat keterangan bahwa gue udah melakukan perekaman E-KTP dan data gue udah ada di database kependudukan Disdukcapil (dinas kependudukan dan kecamatan sipil).

Nah, resi tersebut berlaku selama kurang lebih 6 bulan sejak diterbitkan. Dan uniknya lagi, dibawah foto elu. Ada QR Code, gue juga bingung ini fungsinya buat apa. Kalo ada yang tau, tulis dikolom komentar.



Dan kalo kita mengintip ke KBBI, resi itu adalah tanda terima secara tertulis (tentang surat, paket, uang kiriman); resu (bentuk tidak baku dari resi).

Tapi kan gue belom menerima KTP. Jadi gue menganggapnya itu bukan resi KTP, tapi itu surat keterangan.

Tau dah, ini nama yang berkembang dimasyarakat. Sebagai warga negara Indonesia yang baik dan benar, gue ngikutin aja. Dan setelah gue dapet KTP, netizen (baca: temen gue) kembali berkicau.

"Kok elu udah dapet, enak banget. Gue sampe setahun/dua tahun belom jadi2".

"Elu bayar berapa?"

"Kenapa elu tetep ganteng?"

Lagi2 gue mau menekankan. Elu harus bersabar dan kalo bisa jangan bayar. Gue nunggu KTP gue jadi itu, kurang lebih 8 bulan.

Emang sih, enggak selama kalian. Tapi kalo kalian penasaran kenapa enggak jadi2, coba ke kelurahan dan menanyakannya.

Dan gue juga menekankan. Jangan bayar! Meskipun elu nyebut uang itu sebagai uang capek/uang rokok atau apapun sebutannya. Kecuali pas elu di kelurahan atau di kecamatan elu makan di warteg dulu. Itu baru bayar. Oke, ini garing.

Karena menurut UU No. 24 Tahun 2013 Pasal 79A yang berbunyi;

"Pengurusan dan penerbitan dokumen kependudukan (KK, KTP-el, Akta Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta Kematian Perceraian, Akta Pengakuan Anak, dll) tidak dipungut biaya atau gratis.

Jadi, ya begitulah. Kalo elu disuruh bayar buat biaya administrasi. Meskipun sekecil apapun. Jangan bayar dan kasih tau orang tersebut atau atasannya tentang pasal tersebut.

Dan kalo elu tetep bayar, sama aja menjadikan hal tersebut sebagai tradisi. Tradisi orang primitif dan elu menjadikan bayaran/pungutan liar (pungli) sebagai hal yang wajar dan lumrah terjadi.

Tapi kalo elu masih disuruh bayar buat bikin atau ngambil KTPnya. Elu kasih tau dulu pasal tersebut. Dan kalo orangnya tetep kekeuh juga. Elu bisa melaporkannya ke sini dan kalo bisa lu kasih bukti konkretnya seperti gambar atau video.

Dan perlu elu ketahui bahwa pengurusan dokumen kependudukan itu udah ada uangnya dari dana APBN/APBD. Darimana dana APBN berasal? Dari hasil pungutan pajak, hibah, penerimaan non pajak, dll.

Jadi, untuk menutup postingan kali ini, akan gue tutup dengan kutipan:

Orang bijak, taat bayar pajak.

-Direktorat Jendral Pajak



Sources:
http://dukcapil.kemendagri.go.id/detail/pelayanan-administrasi-kependudukan-yang-perlu-anda-ketahui
http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/peraturan/detail/15/Undang-Undang-Nomor-24-Tahun-2013-tentang-Perubahan-Atas-Undang-Undang-Nomor-23-Tahun-2006-tentang-Administrasi-Kependudukan
http://nasional.kompas.com/read/2013/11/26/1821506/Mulai.2014.Bikin.KTP.KK.dan.Akta.Kelahiran.Gratis.
https://www.lapor.go.id/pengaduan/1359624/pembuatan-e-ktp-gratis-atau-berbayar?.html
https://www.viva.co.id/berita/nasional/958423-kemendagri-urus-e-ktp-gratis-jangan-pernah-mau-bayar

Comments

Popular posts from this blog

it's going on

Gue bingung antara mau ngelanjutin cerita kehidupan gue atau enggak. Soalnya gue udah tau lama tapi baru inget, kalo kita terlalu 'terbuka' di sosial media, bisa jadi informasi tersebut digunakan untuk hal2 yang kurang baik. Gue gatau ini bener atau cuma pikiran negatif gue doang. Tapi serius, gue bingung. Mungkin kalo gue ceritain masa2 SMP sama SMA gue gapapa kali ya? Soalnya itu udah terjadi ini. So, enjoy it ! Gambar hanya sebagai pemanis. Jadi pas abis UN selesai, gue gabut. Dirumah doang menunggu pengumuman hasil nilai UN. Mau sekolah, mager. Dirumah, juga gabut. Serba salah dah pokoknya. Mau makan, inget nilai UN, mau mandi inget nilai UN, dan mau2 yang lainnya. Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Dan diadakan acara perpisahan yang sederhana. Murid beserta wali murid duduk bersama, jadi SD gue enggak ada aula/tempat yang cukup besar. Jadi dua kelas itu dipisahkan oleh kaya semacam pintu lipet, terus pas rapat itu dibuka. Gue lupa rundown  acaran

Review Film Insidious: The Last Key

Halo, nama gue Ramadhan. Dan ini blog ke... Berapa ya? Gak taulah, pokoknya nanti gue kasih autobiografi singkat gue. Nah, disini gue akan me- review film karya sutradara Adam Robitel dkk. Yang udah gue tonton, jangan spoiler ! Bentar, gue kirim 'benang merah' filmnya. Parapsikolog Elise Rainer (Lin Shaye) yang sudah pensiun sejak peristiwa mengerikan di Insidious: Chapter 3 kini berurusan kembali dengan kegelapan dan iblis jahat. Ia bersama Specs (Leigh Whannell) dan Tucker (Angus Sampson) pulang kembali ke kampung halamannya untuk menyelidiki gangguan supranatural dirumah yang pernah ditempati Elise saat muda dulu. Pasti elu bertanya-tanya apa itu parapsikolog? Menurut KBBI parapsikolog adalah ahli kejiwaan yang menitikberatkan pada hal-hal yang tidak kasat mata. Ya apapun sebutannya, yang pasti kita tahu bahwa si Elise memiliki bakat luar biasa yang bisa 'pergi' ke dimensi lain (yang menakutkan) dan biasa disebut the further , berkomunikasi dengan hal

Esensi dari Sistem Zonasi

Balik lagi bersama gue. Setelah sekian lama vakum karena kesibukan kuliah, akhirnya gue bisa 'ngidupin' blog ini lagi, yeay. Sebenernya ini kaya semacam terapi aja sih karena liburan semester gue gabut (lagi). Biar kesannya agak produktif aja sih. Oke, without further ado ,  let's get started ! Oh iya, kali ini topiknya tentang pendidikan. Zonasi menjadi perbincangan hangat di sekitar kita selain meme tentang sidang sengketa hasil pilpres di MK dan juga tentang Diwan beli ikan cupang yang mengundang gelak tawa. Hal ini semakin dirasakan oleh siswa serta orang tua siswa yang ingin mendaftarkan anaknya ke SD, SMP dan SMA (favorit). Eh kalo SD diseleksinya itu berdasarkan umur dulu, abis itu baru jarak dari tempat tinggal ke sekolah (zonasi). Jadi kalo misalkan ada anak yang berumur 9 tahun dan jarak dari rumah ke sekolahnya adalah 1 km sedangkan ada anak berumur 6 tahun sedangkan jarak dari rumah ke sekolahnya adalah 500 m. Maka kemungkinan yang diprioritaska